Nahnutv.com Jakarta, 6/2/2025 – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, menutup Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) NU 2025 di Hotel Sultan, Jakarta, dengan menegaskan pentingnya konsolidasi organisasi dan reposisi NU dalam tatanan masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam pidatonya, Gus Yahya menekankan bahwa selama tiga tahun terakhir, PBNU telah bekerja keras untuk menyelesaikan dua agenda utama, yakni membangun sistem tata kelola (governing system) dan menempatkan NU secara lebih strategis dalam konstelasi nasional.
Pentingnya Governing System
Gus Yahya menyoroti bahwa selama ini NU sebagai organisasi belum memiliki sistem tata kelola yang terstruktur dengan baik. Banyak cabang dan pengurus wilayah yang tidak terorganisir dengan sistem yang jelas, sehingga menyulitkan pengelolaan berbagai aset NU, seperti pesantren, madrasah, rumah sakit, dan lembaga pendidikan lainnya.
“Bagaimana mungkin organisasi sebesar ini tidak memiliki sistem tata kelola yang jelas? Bahkan dalam hal administrasi kepengurusan, sering kali PBNU tidak mengetahui dengan pasti keberadaan dan validitas cabang-cabangnya,” ujar Gus Yahya.
Ia mengungkapkan bahwa dalam upaya perbaikan ini, PBNU telah melakukan verifikasi dan validasi kepengurusan di berbagai tingkatan, mulai dari PWNU hingga ranting, guna memastikan keberadaan dan fungsi nyata setiap struktur organisasi. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa NU dapat beroperasi secara profesional dan efektif dalam melayani umat.
Reposisi NU dalam Konstelasi Kebangsaan
Selain memperbaiki tata kelola organisasi, Gus Yahya juga menekankan perlunya reposisi NU agar lebih fokus pada upaya kemaslahatan rakyat, bukan sekadar kekuatan politik yang berebut kekuasaan.
“NU harus menjadi jaminan bagi upaya kemaslahatan rakyat. Siapa pun yang ingin bekerja demi kepentingan rakyat harus menggandeng NU agar tujuan tersebut benar-benar tercapai,” tegasnya.
Gus Yahya juga menyoroti kecenderungan politik yang menganggap NU sebagai sumber daya politik belaka. Ia menegaskan bahwa NU tidak boleh larut dalam persaingan kekuasaan, melainkan harus tetap berada dalam posisi strategis sebagai penjaga moral dan kesejahteraan umat.
Komitmen Digitalisasi dan Pelatihan Kader
Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya juga menekankan dua program utama yang tidak bisa ditawar, yaitu digitalisasi dan pelatihan kader. Menurutnya, dua hal ini merupakan kunci bagi keberlanjutan dan efektivitas organisasi.
“Saya tidak mau ditawar dalam dua hal ini: digitalisasi dan pelatihan kader. Ini adalah fondasi utama agar NU tetap relevan dan mampu menghadapi tantangan zaman,” ujarnya.
Dengan digitalisasi, NU berupaya menciptakan sistem administrasi yang lebih transparan dan efektif. Sementara itu, pelatihan kader bertujuan untuk mencetak pemimpin-pemimpin NU yang kompeten dan siap mengemban amanah dalam berbagai sektor.
Harapan ke Depan
Gus Yahya menutup pidatonya dengan mengajak seluruh peserta Munas dan Konbes untuk terus bekerja keras demi membangun sistem yang kokoh bagi NU. Ia menegaskan bahwa perubahan besar ini tidak akan selesai dalam satu periode kepemimpinan, namun harus mencapai titik yang tidak bisa dibalikkan agar siapa pun yang memimpin NU ke depan tetap meneruskan langkah-langkah strategis ini.
“Mari kita niatkan semua yang kita lakukan ini sebagai bagian dari barokah para muassis NU. Dengan itu, kita semua menjadi bagian dari rantai sejarah yang akan terus berlanjut hingga akhir zaman,” pungkasnya.