Mengingat Kematian: Jalan Menuju Kehidupan yang Lebih Baik

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang masih memberikan kita kesempatan untuk hidup dan memperbaiki diri. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan bagi umat manusia.

Pada kesempatan ini, kita akan membahas suatu kepastian yang tidak bisa ditawar oleh siapa pun, baik kaya maupun miskin, pemimpin maupun rakyat biasa, yakni kematian. Setiap yang bernyawa pasti akan merasakannya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 35:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةًۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Artinya:

“Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.”

Lantas, mengapa mengingat kematian itu penting?

Mengingat Kematian sebagai Pengingat Hidup

Kematian adalah pengingat bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Seseorang yang mengingat kematian akan lebih bijak dalam menjalani hidup, menjauhi maksiat, dan memperbanyak amal shalih.

Bahkan Rasulullah ﷺ pun menghadapi ajalnya. Beliau wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriah, setelah beberapa hari mengalami sakit. Jenazah beliau dimakamkan di Masjid Nabawi, Madinah. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia, tanpa kecuali, akan menemui ajalnya.

Kematian juga datang tanpa pemberitahuan. Tidak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput, bisa hari ini, besok, atau sebentar lagi. Banyak orang sehat tiba-tiba meninggal, dan sering kali yang muda berpulang lebih dulu daripada yang tua. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan mempersiapkan dirinya untuk kehidupan setelahnya.” (HR. Tirmidzi)

Namun, sudahkah kita menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati?

Bekal untuk Menghadapi Kematian

  1. Meningkatkan Kualitas Ibadah

Amal ibadah adalah bekal utama yang akan menemani kita di alam kubur. Ada tiga amalan utama yang perlu kita perhatikan:

  • Salat sebagai kunci hubungan kita dengan Allah.
  • Sedekah dan amal jariyah, yang pahalanya terus mengalir meski kita telah tiada.
  • Ilmu yang bermanfaat, yang meninggalkan jejak kebaikan bagi generasi setelah kita.
  • Bertobat Sebelum Terlambat

Kematian bisa datang kapan saja, maka jangan menunda taubat. Allah mengingatkan dalam QS. Al-Munafiqun ayat 10:

رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sedikit waktu lagi, maka aku akan bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih.”

Jangan sampai penyesalan datang ketika ajal telah menjemput, sementara kesempatan untuk bertobat sudah tertutup.

  • Meminta Maaf dan Memaafkan

Sebelum meninggal, hendaknya kita meminta maaf kepada orang-orang yang telah kita sakiti dan memaafkan mereka yang menyakiti kita. Dalam QS. Asy-Syura ayat 40, Allah berfirman:

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَاۚ فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

“Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.”

Dengan begini, hati yang bersih dari dendam dan permusuhan akan memudahkan perjalanan kita menuju akhirat.

Hidup di Dunia dan Akhirat: Seimbang

Apakah hidup hanya tentang mempersiapkan kematian? Tidak. Islam mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kita tetap bisa menikmati dunia yang Allah ciptakan, namun tanpa melupakan tujuan akhir kita: kehidupan setelah mati.

Orang yang cerdas bukanlah yang sekadar mengejar dunia, tetapi yang selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan bekalnya. Oleh karena itu:

  • Jaga lisan, agar meninggal dalam keadaan mengucap لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ.
  • Jaga perbuatan, agar nyawa tidak dicabut dalam keadaan bermaksiat (na’udzubillah).
  • Jaga hubungan dengan sesama manusia, agar tidak membawa beban di Yaumul Akhir.

Hidup ini sementara, akhirat adalah tujuan yang sebenarnya. Semoga kita semua menjadi hamba Allah yang selalu mengingat kematian dan mempersiapkan diri dengan amal shalih.

Ditulis oleh: Cinthiya Zakiah Arifah dan Zainal Muttaqin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *