Nahnutv. Yogyakarta – Dalam kajian kitab Adabud Dunya wad Din karya Imam Al-Mawardi yang disiarkan oleh Nahnu TV, Ustaz Tajul Muluk, M.Ag membahas tentang peran akal dan hawa nafsu dalam kehidupan manusia. Kajian ini menjadi refleksi penting, terutama di bulan Ramadan, di mana umat Islam diajak untuk mengendalikan hawa nafsu dan memperkuat akal dengan ilmu dan ibadah.
Dalam pemaparannya, Ustaz Tajul Muluk menjelaskan bahwa akal merupakan anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada manusia, berfungsi untuk membedakan kebenaran dari kebatilan serta membimbing ke jalan yang benar. Sebaliknya, hawa nafsu cenderung mendorong manusia untuk menjauh dari kebenaran. Oleh karena itu, akal harus berperan sebagai pengendali hawa nafsu agar manusia tidak tersesat.
Imam Al-Mawardi dalam kitabnya mengelompokkan akal ke dalam dua jenis, yakni Aqlun Ghريzun atau akal bawaan, yang membedakan manusia dari hewan, serta Aqlun Muktasab, yaitu akal yang berkembang melalui ilmu dan pengalaman, menjadikan seseorang lebih bernilai baik secara spiritual maupun sosial.
Dalam kajian tersebut, Ustaz Tajul Muluk juga menekankan bahwa hawa nafsu yang tidak dikendalikan dapat merusak tidak hanya diri sendiri, tetapi juga lingkungan sekitar. Hal ini semakin berbahaya jika orang yang dikuasai hawa nafsunya adalah seorang pemimpin, karena dapat menimbulkan kerusakan yang lebih luas.
Sebagai solusi, beliau mengutip pendapat Imam Al-Mawardi bahwa salah satu cara efektif untuk mengendalikan hawa nafsu adalah melalui puasa. Dalam keadaan lapar, seseorang lebih mudah berkonsentrasi, tidak terdistraksi oleh keinginan duniawi, dan lebih mampu memperkuat akalnya dengan ilmu dan ibadah.
Kajian ini diakhiri dengan ajakan kepada umat Islam untuk melakukan muhasabah diri, menilai apakah akal atau hawa nafsu yang lebih dominan dalam kehidupan mereka. Dengan ilmu dan kesadaran diri, diharapkan setiap individu mampu mengendalikan hawa nafsu serta mengoptimalkan fungsi akalnya demi kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat. (baba)