Sekilas Sejarah Pagar Nusa

Nahnutv.com Sejarah Pagar Nusa terkait erat dengan kekayaan tradisi pencak silat yang berkembang di lingkungan pesantren dan komunitas Nahdlatul Ulama (NU) di seluruh Nusantara. Sebelum berdirinya Pagar Nusa, terdapat banyak aliran silat di kalangan pesantren, seperti aliran silat dari Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Betawi, Minang, Mandar, dan Mataram. Beragam aliran ini akhirnya disatukan dalam satu wadah, yaitu Pagar Nusa, yang tetap menghormati keberagaman dan karakteristik masing-masing perguruan.

Awal Mula Berdirinya Pagar Nusa Pembentukan Pagar Nusa dimulai dengan keprihatinan KH. Abdullah Maksum Jauhari, yang dikenal sebagai Gus Maksum, atas meningkatnya konflik antara umat Islam dan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada masa itu. Gus Maksum menginisiasi pelatihan silat melalui organisasi yang dikenal sebagai Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (GASMI) di Pondok Pesantren Lirboyo pada tahun 1966. GASMI dibentuk sebagai respons terhadap ancaman dari LEKRA, organisasi kebudayaan yang berafiliasi dengan PKI, yang sering melakukan provokasi dan teror di masyarakat.

Dalam perjalanan waktu, Gus Maksum menyadari perlunya menyatukan berbagai aliran silat yang ada di lingkungan NU. Atas dorongan dari KH. Mustofa Bisri dan KH. Syansuri Badawi, sebuah pertemuan digelar untuk merancang wadah yang menyatukan aliran silat di lingkungan NU. Pertemuan ini melibatkan tokoh-tokoh NU dan pendekar silat dari berbagai daerah. Pada 27 September 1985, pertemuan di Pesantren Tebu Ireng menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan organisasi pencak silat yang dinamakan Pagar Nusa.

Makna Pagar Nusa Nama “Pagar Nusa” merupakan singkatan dari “Pagar NU dan Bangsa.” Tujuan dari Pagar Nusa adalah melindungi NU serta Indonesia melalui kemampuan bela diri yang dibekali nilai-nilai keislaman dan ke-NU-an. Organisasi ini menjadi lembaga resmi di bawah Nahdlatul Ulama, yang berfokus pada pengembangan pencak silat sebagai bagian dari perjuangan fisik dan mental.

Simbol dan Filosofi Pagar Nusa Lambang Pagar Nusa memiliki makna mendalam, mencerminkan nilai-nilai Islam dan semangat persatuan. Beberapa elemen penting dari simbol Pagar Nusa antara lain:

Kurva segi lima melambangkan Rukun Islam dan Pancasila.

Tiga garis tepi menggambarkan prinsip Iman, Islam, dan Ihsan.

Bintang sembilan merepresentasikan Wali Songo dan idealisasi kepemimpinan dalam Islam.

Trisula menunjukkan senjata tradisional yang menggambarkan kekuatan dan pertahanan.

Bola dunia menguatkan identitas global NU, sesuai dengan lambang Nahdlatul Ulama.

Pita dengan kalimat “Laa Ghaaliba Illaa Billah” berarti “Tidak ada yang mengalahkan kecuali dengan pertolongan Allah,” menekankan bahwa kekuatan sejati berasal dari Allah.

Pagar Nusa berperan sebagai penjaga fisik dan moral bagi NU dan masyarakat Indonesia. Selain fokus pada pencak silat, Pagar Nusa juga menanamkan nilai-nilai persaudaraan, atau ukhuwah, baik dalam lingkup NU, Islam, maupun masyarakat luas. Organisasi ini menjadi wadah yang mengembangkan kesadaran kebangsaan dan keagamaan melalui bela diri, serta menjadi pelopor dalam menjaga keamanan dan ketertiban.

Berdirinya Pagar Nusa menegaskan pentingnya mempertahankan warisan pencak silat di lingkungan pesantren dan NU, sekaligus menjadi bagian dari perjuangan mempertahankan Islam, negara, dan bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *