Makna Bulan Ramadan dan Pentingnya Menyelaraskan Kehendak Manusia dengan Kehendak Tuhan, Menurut KH. Muhammad Jadul Maula

Nahnutv.com Yogyakarta – Dalam kultum Ramadan yang disiarkan oleh Nahnutv, KH. Muhammad Jadul Maula menjelaskan makna mendalam dari bulan Ramadan, serta pentingnya bagi umat Islam untuk menyelaraskan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan. Kultum ini mengajak umat Islam untuk merenung dan menghayati esensi puasa yang lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga.

Ramadan: Bulan untuk Membersihkan Jiwa

KH. Muhammad Jadul Maula membuka kultumnya dengan menjelaskan bahwa kata Ramadan secara bahasa berarti “panas”. Di Jazirah Arab, Ramadan datang pada musim panas yang sangat terik. Namun, ia menambahkan, makna panas tersebut lebih dalam lagi, yaitu sebagai simbol dari “panasnya hawa nafsu” yang terbakar oleh cahaya kebenaran.

“Puasa di bulan Ramadan tidak hanya tentang menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga tentang membersihkan diri dari keinginan-keinginan sesaat yang seringkali menguasai diri kita,” ujar KH. Muhammad Jadul Maula.

Dalam konteks ini, Ramadan mengajak umat untuk berpikir lebih dalam dan bijak tentang apa yang seharusnya dilakukan. Hal ini juga menjadi ajakan untuk menyelaraskan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan.

Menghayati Ayat Al-Qur’an dalam Ramadan

Lebih lanjut, beliau mengutip ayat Al-Qur’an, “Syahru Ramadan alladzi unzila fihil Qur’an hudan linnasi wa ayyinatim minal huda wal furqan.” (Al-Baqarah: 185), yang menyebutkan bahwa bulan Ramadan adalah waktu turunnya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. KH. Muhammad Jadul Maula menjelaskan bahwa saat hawa nafsu kita terbakar oleh puasa, jiwa kita menjadi lebih siap untuk menerima cahaya kebenaran dalam bentuk Al-Qur’an.

Al-Qur’an, yang merupakan petunjuk kehidupan bagi umat manusia, mengajarkan kesatuan dalam keberagaman. “Hudan linnas” mengarah pada kesatuan umat manusia yang meski berbeda-beda, namun bisa disatukan dalam kehendak Tuhan.

Kesatuan dalam Keberagaman: Bhinneka Tunggal Ika

KH. Muhammad Jadul Maula juga mengaitkan makna “Bhinneka Tunggal Ika” (Unity in Diversity) dengan pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Meskipun umat manusia memiliki perbedaan dalam banyak hal—baik itu agama, suku, ras, atau gender—Al-Qur’an mengajarkan untuk menyikapi perbedaan tersebut dengan penuh bijaksana dan tidak mengabaikan persatuan yang ada.

“Perbedaan itu adalah bagian dari Al-Furqan, yaitu pembeda. Namun, kita juga diingatkan untuk tetap menjaga kesatuan yang ada dalam perbedaan, sebagaimana pesan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegas KH. Muhammad Jadul Maula.

Mendidik Umat untuk Hidup Bersama dalam Kehendak Tuhan

Bulan Ramadan, menurut KH. Muhammad Jadul Maula, adalah bulan yang mengajarkan umat manusia untuk tidak hanya memahami perspektif besar dalam hidup, tetapi juga tidak melupakan detail-detail penting dalam kehidupan sehari-hari. Ramadan adalah waktu yang tepat untuk membimbing umat agar dapat hidup bersama sesuai dengan perintah-perintah Tuhan, sambil tetap menghargai perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Kesimpulan: Ramadan sebagai Sarana Pendidikan Spiritual

Akhirnya, beliau berharap agar seluruh umat Islam dapat memanfaatkan bulan Ramadan ini dengan sebaik-baiknya, agar puasa yang dijalani diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan berkah serta limpahan ilmu. Ramadan, menurut KH. Muhammad Jadul Maula, adalah kesempatan emas untuk menyelaraskan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan, serta memupuk rasa persatuan di tengah perbedaan yang ada.

“Semoga kita semua dapat meraih hikmah dari bulan Ramadan ini, dan menjadikan puasa kita sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki hubungan dengan sesama,” tutup KH. Muhammad Jadul Maula.

Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *