Pentingnya Ilmu dalam Islam: Tajul Muluk Tekankan Peranan Akal dan Hati yang Bersih

Nahnutv.com – Dalam kajian kitab Adabud Dunya waddin karya Imam Al-Mawardi yang disiarkan melalui kanal YouTube NahnuTV, Tajul Muluk, M.Ag. menyoroti peranan penting ilmu dalam Islam. Ia menjelaskan bahwa ilmu bukan hanya alat untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk menyucikan jiwa dan menjaga keseimbangan antara akal dan hawa nafsu.

Ilmu sebagai Pembeda Antara Orang Alim dan Jahil

Dalam ceramahnya, Tajul Muluk mengutip Surat Az-Zumar ayat 9 yang menegaskan bahwa orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu tidaklah sama. Menurut Imam Al-Mawardi, ilmu membentuk pola pikir, karakter, dan tindakan seseorang, sehingga mereka yang memiliki ilmu akan lebih berhati-hati dalam bertindak.

“Orang yang memiliki ilmu dan memahami hakikat dirinya akan mampu mengendalikan hawa nafsu. Sebaliknya, orang yang jahil—baik secara literasi maupun spiritual—akan mudah terjerumus dalam kesalahan dan perbuatan zalim,” jelasnya.

Tajul Muluk juga menambahkan bahwa masyarakat jahiliah di masa lalu bukanlah masyarakat yang buta huruf, melainkan mereka yang tidak mau membaca dan mengamalkan kitab suci, sehingga hidup mereka dipenuhi dengan keburukan seperti peperangan, perzinaan, dan ketidakadilan.

Ilmu sebagai Alat Penyucian Hati dan Kontrol Diri

Dalam kajian tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), ilmu berperan penting dalam mengenali penyakit hati seperti hasad (iri), riya (pamer), dendam, dan perilaku zalim. Menurut Tajul Muluk, seseorang yang memiliki ilmu sejati akan menyadari kekurangan dirinya dan berusaha memperbaikinya.

“Kesadaran bahwa diri kita sedang tidak baik-baik saja adalah langkah awal untuk berubah. Jika seseorang tahu bahwa dirinya penuh penyakit hati dan berusaha mengobatinya, maka dia termasuk orang yang dicintai oleh Allah,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya rasa malu dan takut kepada Allah sebagai kontrol diri dalam bertindak. Tanpa rasa malu dan takut kepada Allah, seseorang akan mudah melakukan maksiat, bahkan merugikan orang lain melalui perbuatan korupsi dan ketidakadilan.

Puasa Ramadan sebagai Latihan Spiritual dan Sosial

Menjelang bulan Ramadan, Tajul Muluk mengingatkan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga membentuk kesadaran sosial. Ia mencontohkan bagaimana puasa dapat menumbuhkan empati terhadap kaum miskin dan mendorong seseorang untuk lebih dermawan dalam berbagi.

“Ketika kita merasakan lapar, kita jadi lebih memahami kondisi saudara-saudara kita yang kekurangan. Inilah mengapa zakat dan infak menjadi bagian penting dalam Ramadan, agar hati kita tetap lembut dan jauh dari kesombongan,” jelasnya.

Ilmu sebagai Kunci Keimanan dan Kehidupan yang Lebih Baik

Di akhir kajiannya, Tajul Muluk mengingatkan bahwa ilmu yang sejati adalah ilmu yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ia mengutip syair dari Imam Khalil yang menyatakan bahwa orang yang memiliki pengetahuan tidak akan berada dalam kehinaan, karena ilmunya akan membimbingnya menuju kebaikan.

“Perintah membaca dalam Islam tidak hanya berarti membaca teks, tetapi juga membaca realitas sosial dan memahami diri sendiri. Dengan ilmu, kita bisa lebih waspada terhadap godaan hawa nafsu dan lebih berhati-hati dalam menjalani hidup,” tutupnya.

(baba)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *