Nahnutv.com, Yogyakarta – 18/9/2024. Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta bersama Perhimpunan Indonesia–Tionghoa (INTI) menggelar seminar internasional bertema “Dari Jalur Sutra hingga Nusantara: Sejarah, Perkembangan, dan Faktor Islam dalam Relasi Indonesia-Tiongkok” di Kampus Terpadu UNU Jogja, Sleman, pada Rabu (18/9). Acara ini menandai awal rangkaian peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Tiongkok yang akan diperingati pada tahun 2025.
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Muhammad Najib Azca, yang membuka acara, menekankan pentingnya diskusi ini di tengah perubahan dunia yang pesat. Menurutnya, saat ini peradaban dunia mulai bergeser dari Barat ke Asia, di mana Indonesia dan Tiongkok memegang peranan strategis dalam apa yang disebut sebagai Asian Century. Najib juga mengingatkan pentingnya peran peradaban Tiongkok dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadis Nabi yang mendorong umat Islam untuk menuntut ilmu hingga ke negeri Cina.

Sekjen INTI, Candra Jap, berharap seminar ini bisa memberikan wawasan baru mengenai relasi historis antara Indonesia dan Tiongkok, terutama terkait peran Islam. Ia juga mengungkapkan bahwa INTI telah mengirimkan 300 anak muda Indonesia untuk belajar di Tiongkok melalui program beasiswa, sebagai upaya untuk memperkuat hubungan pendidikan antar kedua negara.
Dalam sesi seminar, Prof. Li Lin dari Chinese Academy of Social Sciences memaparkan sejarah masuknya Islam ke Tiongkok, yang dimulai pada abad ke-7 ketika utusan Arab datang ke Dinasti Tang pada tahun 651. Di bawah Dinasti Yuan, banyak masjid didirikan dan pendidikan agama Islam berkembang pesat di bawah Dinasti Ming dan Qing. Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, umat Muslim di Tiongkok memperoleh hak-hak politik dan agama yang dilindungi oleh hukum negara.
Wakil Rektor UNU Jogja, Suhadi Cholil, turut menyoroti bukti-bukti interaksi budaya yang mencerminkan hubungan erat antara Islam dan Tiongkok. Ia menyebutkan adanya pengaruh arsitektur Islam pada kelenteng di Tiongkok dan ornamen Tiongkok di masjid-masjid Indonesia, yang menjadi simbol keharmonisan antara kedua budaya.

Ketua PWNU DIY KH. Ahmad Zuhdi Muhdlor yang juga hadir dalam acara tersebut menambahkan, ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari acara ini, dulu ada tokoh tiongkok namanya Cheng Ho berperan dalam memperkenalkan berbagai aspek budaya dan teknologi Tiongkok ke Nusantara, yang turut memperkaya budaya lokal. Pengaruhnya masih terasa hingga kini, dengan banyak tempat di Indonesia yang memiliki jejak sejarah dari kunjungannya, ya tentu kita berharap acara seperti ini bisa memantik kerjasama yang lebih baik lagi antara UNU Yogyakarta dengan kampus-kampus lain di Cina.

Di tingkat global, Tiongkok memiliki Jalur Sutra sebagai jalur perdagangan utama, sementara Indonesia dikenal dengan Jalur Rempah. Menurut Suhadi, peradaban hanya bisa tumbuh melalui kolaborasi damai, seperti yang terjadi melalui kedua jalur ini di masa lalu. Ia menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara Indonesia dan Tiongkok untuk mendukung kemajuan peradaban.
Seminar ini juga menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang, termasuk Peneliti Pusat Riset Politik BRIN Nostalgiawan Wahyudi dan Dewan Pakar INTI Novi Basuki, serta dimoderatori oleh Dekan Fakultas Dirasah Islamiyah UNU Jogja, Mustaghfiroh Rahayu. Seminar ini turut dihadiri oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing, Yudil Chatim, serta sejumlah tokoh dari UNU Jogja.
One thought on “UNU Yogyakarta gelar Seminar Internasional Bahas Peran Islam dalam Hubungan Indonesia-Tiongkok”