Dr. KH. Muhajir : Mengenal Kebahagiaan Sejati Melalui Ma’rifatullah

Nahnutv.com Yogyakarta – Dalam sebuah kultum Ramadan yang disampaikan oleh Dr. KH. Muhajir, M. SI, yang disiarkan oleh Nahnutv, beliau mengajak umat Muslim untuk merenungkan makna kebahagiaan sejati yang tidak ditemukan dalam materi atau kedudukan duniawi.

Kultum yang bertema “Man arafa nafsahu arafa rabbahu” (Barang siapa mengenal dirinya, dia akan mengenal Tuhannya) ini menekankan pentingnya pemahaman diri dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki. Dalam ceramah tersebut, KH. Muhajir menjelaskan bahwa kebahagiaan yang sejati tidak datang dari hal-hal duniawi, seperti kekayaan atau jabatan, melainkan dari kedalaman spiritual yang diawali dengan pemahaman diri (ma’rifatullah).

Kebahagiaan Bukan Hanya Berdasarkan Materi

Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Kimiyaus Sa’adah, menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati tidak bersifat lahiriah dan tidak datang dari faktor-faktor material. Kebahagiaan yang diperoleh dari hal-hal duniawi adalah kebahagiaan yang semu, sedangkan kebahagiaan hakiki berasal dari dalam diri, yaitu melalui pengenalan terhadap Allah. Menurut KH. Muhajir, memahami diri sendiri adalah kunci untuk bisa mengenal Allah lebih dekat.

Pertanyaan Reflektif Menuju Kebahagiaan Sejati

KH. Muhajir juga mengingatkan para jamaah untuk merenungkan beberapa pertanyaan penting yang dapat menjadi petunjuk dalam hidup. Di antaranya adalah: Untuk apa Allah menciptakan kita? Apa tujuan hidup kita setelah diciptakan oleh-Nya? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif tersebut, seseorang dapat lebih mudah menemukan jalan menuju kebahagiaan sejati yang bersumber dari kedekatannya dengan Allah.

Tiga Sifat Manusia yang Harus Dikelola

Imam al-Ghazali juga mengajarkan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga sifat yang selalu berperang dan mempengaruhi perilaku kita:

  1. Sifat al-Bahaim: Sifat kebinatangan yang mencerminkan keinginan untuk menguasai dan menghancurkan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Sifat ini mengarah pada perilaku destruktif.
  2. Sifat al-Siba: Sifat yang mirip dengan tanaman, dimana seseorang bisa terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Sifat ini menunjukkan kecenderungan untuk bertahan hidup berdasarkan keadaan sekitar tanpa memperhatikan tujuan spiritual.
  3. Sifat al-Malaikah: Sifat malaikat yang menggambarkan kepatuhan terhadap perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sifat ini membawa seseorang pada jalan kebaikan dan kedekatan dengan Allah.

KH. Muhajir menegaskan bahwa meskipun dalam diri kita ada potensi sifat kebinatangan dan sifat lainnya, kita harus berusaha untuk mendominasi diri dengan sifat malaikat yang mencerminkan kedisiplinan dan ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, seseorang dapat mencapai kebahagiaan sejati yang bersumber dari pengabdian kepada-Nya.

Kebahagiaan Hakiki Bersumber dari Ketulusan Ibadah

Akhir kata, KH. Muhajir mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah karena memiliki harta yang banyak atau kedudukan yang tinggi, melainkan kebahagiaan yang muncul dari ketulusan hati dalam menjalankan perintah Allah. Kebahagiaan yang sejati hanya akan dirasakan oleh mereka yang berhasil mendominasi dirinya dengan sifat-sifat malaikat, yang mencerminkan kepatuhan, kesabaran, dan keikhlasan dalam beribadah.

Kultum yang disampaikan dengan penuh hikmah ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan melalui pengenalan diri dan kedekatan kita dengan Sang Pencipta. (baba)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *