Ijazah KH Cholil Bisri untuk Hidup Tenang

Nahnutv.com – Pada kesempatan istimewa di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, sebuah ceramah yang disampaikan oleh KH Akhmad Said Asrori, seorang santri yang pernah belajar langsung kepada KH Cholil Bisri, membawa pesan penting. Menggunakan bahasa campuran Jawa dan Indonesia, beliau menyampaikan wejangan berupa amalan yang diajarkan oleh KH Cholil Bisri, ulama besar dan ayah dari KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU saat ini.

Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, yang kini dipimpin oleh Mustasyar PBNU KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus) bersama Gus Yahya, menjadi saksi tradisi keilmuan yang kaya, penuh hikmah, dan penuh berkah.

Dalam ceramahnya, KH Said Asrori menyampaikan salah satu ijazah penting berupa Shalawat A’dhom. Amalan ini diajarkan oleh KH Cholil Bisri sebagai kunci untuk hidup tenang, damai, dan berkecukupan. Pesannya yang penuh hikmah adalah:
“Kowe nek uripmu kepengin tentrem ayem diparingi kecukupan, ojo lali iki moco shalawat iki walau marotan bakda shalat.”
(“Jika kamu ingin hidup tenang, damai, dan berkecukupan, jangan lupa untuk membaca shalawat ini, meskipun hanya sekali setelah shalat.”)

KH Said Asrori juga mengingatkan bahwa dengan rutin membaca shalawat ini, seseorang akan memperoleh keberkahan besar baik di dunia maupun akhirat.

KH Said Asrori mengingatkan pentingnya menuntut ilmu dalam kehidupan seorang Muslim. Beliau mengutip ajaran KH Cholil Bisri tentang tiga hal utama yang harus ditanamkan dalam diri setiap Muslim:

  1. Hubbul ‘Ilmi (Cinta terhadap ilmu):
    Mengutip dawuh Sayyidina Umar bin Khattab:
    “Belajarlah kamu semua sebelum kamu dijadikan pemimpin.”
    Hal ini mengajarkan bahwa pemimpin yang baik harus memiliki landasan ilmu yang kokoh agar tidak tersesat dan mampu membawa kemaslahatan.
  2. Hubbut Ta’allum (Senang belajar):
    Dalam hadis, Sayyidina Abdullah bin Mas’ud menekankan pentingnya belajar agama sebagai amal utama setelah shalat lima waktu.
  3. Hubbut Ta’lim (Senang mengajar):
    KH Cholil Bisri menekankan bahwa ilmu harus diajarkan kepada orang lain. Ini merupakan cara berbagi manfaat dan keberkahan.

KH Said Asrori juga berbicara tentang tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, peringatan Maulid bukan hanya perayaan biasa, tetapi menjadi momen untuk mengingat rahmat terbesar dari Allah, yaitu diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa petunjuk.

Beliau mengutip tafsir Al-Ibris karya KH Bisri Mustofa:
“Kehadiran Nabi Muhammad SAW adalah bentuk karunia Allah yang terbesar untuk umat manusia.”

KH Said Asrori menutup ceramahnya dengan mengingatkan jamaah untuk senantiasa:

  1. Dekat dengan ulama sebagai penjaga tradisi keilmuan Islam.
  2. Menghormati tradisi belajar dan mengaji.
  3. Memperbanyak doa dan shalawat untuk memperoleh keberkahan dalam hidup.

Dengan mengamalkan pesan-pesan ini, KH Said Asrori berharap umat Islam dapat hidup dalam keberkahan Allah SWT, baik di dunia maupun akhirat.

Semoga wejangan ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus meningkatkan cinta kepada ilmu, Rasulullah SAW, dan para ulama. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *