Yogyakarta – Muara Sanad Al-Quran Nusantara merupakan jaringan keilmuan yang berakar kuat pada perjuangan dan dakwah para ulama Nusantara. Salah satu tokoh utama dalam sanad ini adalah KH. Muhammad Munawwir Krapyak dari Yogyakarta. Beliau dikenal sebagai pengajar Al-Quran dan pendakwah Islam yang melahirkan banyak murid yang kemudian turut menyebarkan ilmu dan dakwah di berbagai daerah.
Murid-murid KH. Muhammad Munawwir tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Beberapa di antaranya adalah KH. Arwani Amin (Kudus), KH. R. Abdul Qodir Munawwir, KH. Ahmad Umar Abdul Manan dari Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Solo, serta KH. Muntaha dari Pesantren Al-Asy’ariyyah Kalibeber Wonosobo. Selain itu, ada pula KH. Ahmad Badhawi Abdur Rosyid dari Kaliwungu Semarang, KH. Zuhdi dari Nganjuk Kertosono, dan KH. Umar Harun dari Kempek Cirebon.
Sanad keilmuan ini juga diteruskan oleh sejumlah kyai yang lahir dari pondok pesantren yang dirintis oleh KH. Muhammad Arwani Amin Kudus. Di antara mereka adalah KH. Abdullah Salam dari Kajen Pati, KH. Sya’roni Ahmadi dari Kudus, dan KH. Muhammad Hisyam Hayat dari Kudus. Keilmuan yang mereka bawa terus berkembang dan diwariskan melalui pengajaran Al-Quran dan dakwah di daerah masing-masing.
Selain itu, para kyai yang pernah mengaji Al-Qur’an dan menjadi santri KH. R. Abdul Qodir Munawwir turut berkontribusi dalam mengembangkan keilmuan Islam. Beberapa di antaranya adalah KH. Ahmad Munawwir (adik Krapyak), KH. Mufid Mas’ud (adik ipar) dari Sleman, dan KH. Nawawi Abdul Aziz (adik ipar) dari Ngrukem. Ada pula KH. Musta’in dari Malang, KH. Yusuf Hasyim dari Nganjuk, serta KH. Rosyad Thoyyib dari Sampang.
Keberadaan Muara Sanad Al-Quran Nusantara ini menunjukkan betapa kuatnya jaringan keilmuan yang dibangun oleh para ulama dan kyai di Indonesia. Melalui sanad yang jelas dan berkesinambungan, tradisi keilmuan dan dakwah Islam tetap terjaga dan berkembang hingga kini.