Nahnutv.com – Gus Baha, seorang ulama kharismatik, dalam salah satu ceramahnya mengulas tentang konsep nikmat batiniyah atau kenikmatan batin yang sejati. Penjelasan ini menitikberatkan pada makrifatullah, yaitu kepuasan spiritual dalam mengenal Allah SWT. Kenikmatan ini melampaui kenikmatan duniawi, mengarahkan manusia pada pemahaman mendalam tentang hakikat kehidupan, kebesaran Allah, dan logika tasawuf.
1. Makrifatullah: Kenikmatan Tertinggi
Gus Baha menjelaskan bahwa salah satu nikmat terbesar bagi batin manusia adalah makrifatullah, yaitu pengenalan akan Allah. Ia menyebut bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya terkait dengan kesalehan lahiriah, tetapi juga pemahaman mendalam tentang kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Contohnya, Nabi Adam yang diciptakan dari tanah dapat berbicara dan berpikir, menunjukkan bahwa bahan material pun bisa menjadi “hidup” berkat kudrat Allah.
Beliau juga menggambarkan betapa alam semesta ikut bersaksi atas perbuatan manusia, seperti bumi yang “menangis” ketika kehilangan orang-orang saleh yang sujud di atasnya. Hal ini menjadi simbol betapa erat hubungan manusia dengan penciptanya melalui tanda-tanda di alam.
2. Pentingnya Kalimat Tauhid
Menurut Gus Baha, kalimat Lailahaillallah (tiada Tuhan selain Allah) adalah inti dari seluruh keberadaan. Kalimat ini menjadi sebab penciptaan langit, bumi, dan semua isinya. Surga disiapkan untuk mereka yang mengimaninya, sementara neraka untuk mereka yang menolaknya. Dalam kehidupan, dunia ini merupakan tempat ujian (Darul Imtihan) untuk mengukur keimanan manusia terhadap kalimat ini.
Ia mengingatkan, jangan sampai kalimat yang sejatinya membawa keselamatan justru menjadi bahan perdebatan yang menyesatkan. Misalnya, menuduh seseorang kafir atau bidah hanya karena perbedaan cara mengamalkan. Sebaliknya, kalimat tauhid harus menjadi perekat umat, bukan sumber perpecahan.
3. Hakikat Ujian Kehidupan
Dunia ini, menurut Gus Baha, adalah arena ujian untuk manusia. Allah menciptakan kehidupan sebagai tempat untuk melatih keimanan, lengkap dengan pemandu berupa para Rasul dan tantangan berupa setan. Semua ini dirancang agar manusia dapat memahami pentingnya kalimat tauhid.
Ia juga mengingatkan, logika manusia sering kali terbatas pada pengalaman. Contohnya, seseorang percaya bahwa biji bisa menjadi pohon karena telah sering menyaksikannya. Namun, ia ragu terhadap kebangkitan setelah mati hanya karena belum pernah melihatnya. Gus Baha menegaskan bahwa kebangkitan adalah hal mudah bagi Allah, sebagaimana penciptaan manusia pertama kali.
4. Melawan Keraguan dengan Tauhid
Dalam ceramahnya, Gus Baha menyebutkan bahwa melatih anak-anak atau umat dalam tauhid harus dilakukan dengan kecakapan. Misalnya, mengajarkan bahwa keberadaan Allah bisa dibuktikan melalui keberadaan langit, bumi, dan keteraturan semesta. Beliau juga menekankan pentingnya mengatasi keraguan dengan cara sederhana, seperti memahami bahwa sesuatu yang tidak ada tidak mungkin menciptakan sesuatu yang ada.
5. Kesimpulan: Menghargai Nikmat Batiniyah
Ceramah Gus Baha mengajak umat untuk lebih menghargai nikmat batiniyah yang mendalam, yaitu pengenalan akan Allah dan pemahaman hakikat kehidupan. Beliau mengingatkan bahwa dunia ini adalah tempat persiapan untuk kehidupan yang abadi. Segala sesuatu yang kita alami di dunia ini, baik berupa nikmat maupun ujian, adalah bagian dari latihan untuk memahami kebesaran Allah dan mempersiapkan diri menuju kebahagiaan abadi.
Melalui pendekatan logis dan penuh hikmah, Gus Baha mengajarkan bahwa hidup adalah perjalanan menuju makrifatullah. Pemahaman ini tidak hanya menuntun manusia untuk lebih bersyukur, tetapi juga memperkokoh keimanan dalam menghadapi ujian dunia. Nikmat batiniyah, sebagaimana dijelaskan Gus Baha, adalah kebahagiaan sejati yang akan membawa manusia kepada husnul khatimah.