GUSDURian Gelar simposium “Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan” di UIN Suka

Nahnutv.com Yogyakarta, 14/11/2024 – Jaringan Nasional Gusdurian bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga menyelenggarakan Festival Beda Setara (BEST Fest) bertema “Menegakkan Kesetaraan untuk Kemanusiaan”. Festival ini berlangsung dari 10 hingga 16 November 2024 di berbagai lokasi di Yogyakarta, termasuk Taman Peradaban dan Conven Hall UIN Sunan Kalijaga.

baca juga: Peringati Haul Gus Dur dan Hari Toleransi Internasional GUSDURian Bersama UIN Suka Gelar Festival Beda Setara

acara pembukaan Simposium Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) diadakan di Conven Hall UIN Sunan Kalijaga, dihadiri oleh perwakilan lintas agama, organisasi masyarakat (ormas) DIY, dan organisasi di bawah Nahdlatul Ulama (NU) seperti PWNU DIY, Ketua PW Ansor DIY, Fatayat, Muslimat, IPNU, serta mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Ketua PWNU DIY Dr. H. Ahmad Zuhdi Muhdlor, S.H., M.Hum., dan Ketua PW Ansor DIY Abdul Muiz turut hadir.

Acara dibuka dengan doa bersama oleh enam perwakilan agama: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, menciptakan suasana yang penuh khidmat. Jay Akhmad, Koordinator Nasional Gusdurian, menekankan pentingnya dialog dalam menjaga keberagaman di Indonesia. “Melalui simposium ini, kami ingin membuka ruang dialog bagi berbagai latar belakang untuk bertemu dan berdialog. Dialog adalah kunci terciptanya kesetaraan dan keadilan bagi semua, sebagaimana dicontohkan oleh Gus Dur,” ungkapnya.

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, menegaskan peran penting Kementerian Agama dalam menjaga kesetaraan dan kerukunan. “Kementerian Agama memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan terciptanya kesetaraan dan kerukunan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Alissa Wahid, putri sulung Gus Dur, menyampaikan orasi ilmiahnya dengan menyoroti tantangan dalam merawat keberagaman di Indonesia. Berdasarkan data, 83% responden di Indonesia percaya bahwa peran agama semakin besar dibandingkan dua dekade lalu, menunjukkan peningkatan pengaruh agama dalam kehidupan sosial dan politik.

Alissa menekankan bahwa toleransi tidak dapat berdiri sendiri tanpa prinsip keadilan. Ia mengutip Gus Dur, “Perdamaian tanpa keadilan merupakan ilusi,” untuk menegaskan pentingnya menciptakan kerukunan yang disertai keadilan nyata.
Alissa menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kebebasan beragama di Indonesia:

  • Kompleksitas perkembangan paham keberagamaan.
  • Dampak positif dan negatif dari desentralisasi pemerintahan terhadap kebijakan lokal.
  • Dominasi kelompok mayoritas dalam demokrasi yang kadang menimbulkan tantangan.
  • Penegakan hukum yang kerap dihadapkan pada pilihan antara menjaga harmoni sosial dan menjamin kebebasan beragama.


Alissa menguraikan tantangan besar dalam mencapai kebebasan beragama ideal, seperti:

  • Mengutamakan prinsip keadilan melebihi sekadar kerukunan.
  • Memperkuat moderasi beragama untuk mencegah ekstremisme.
  • Memfokuskan pada pemenuhan hak konstitusi.
  • Menolak politisasi agama yang berpotensi merusak persatuan.
  • Mengubah perspektif penyelenggara negara untuk lebih inklusif.
  • Mendorong pelibatan aktor agama dalam dialog konstruktif.


Mengakhiri orasinya, Alissa menceritakan kisah Little Rock Nine, sembilan siswa Afrika-Amerika yang berjuang untuk hak mereka bersekolah di sekolah publik di AS. Alissa menjadikan kisah ini sebagai contoh perjuangan hak konstitusi yang membutuhkan keberanian dan dukungan sistemik untuk mencapai keadilan.

Simposium KBB ini menghadirkan 15 pemateri terkemuka seperti Direktur Pendis Kemenag RI Ahmad Zainul Hamdi, anggota DPR RI MY Esti Wijayati, jurnalis Andreas Harsono, pakar hukum Asfinawati, dan ulama perempuan Iklillah Muzayyanah.
Selain simposium, BEST Fest menghadirkan pameran keberagaman, panggung budaya, bioskop rakyat, pasar UMKM, fun walk, serta peringatan Haul Gus Dur ke-15. Kegiatan ini mengampanyekan nilai kesetaraan dan kemanusiaan, selaras dengan semangat Gus Dur yang menjunjung inklusivitas dan dialog antarkelompok. (baba)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *