Konferensi Tahunan AISOR ke-2: Mengupas Agama di Era Digital

Nahnutv.com Yogyakarta, 15/11/2024, Association for Indonesia’s Sociology of Religion (AISOR) akan mengadakan Konferensi Tahunan ke-2 dengan tema “Agama di Era Digital.” Konferensi ini diselenggarakan di Auditorium Lantai 4, Gedung BB, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, dan dijadwalkan berlangsung dari pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Tema yang diangkat menggarisbawahi transformasi signifikan yang dihadapi oleh komunitas keagamaan dalam era digital, di mana perkembangan teknologi membuka peluang baru sekaligus tantangan bagi kehidupan beragama.

Subtema Konferensi: Mengupas Aspek Digitalisasi dalam Praktik Keagamaan, Beberapa subtema penting akan dibahas dalam konferensi ini, termasuk:

  1. Keberagaman Beragama di Era Digital – Subtema ini membahas bagaimana teknologi memperkaya sekaligus menantang dinamika keberagaman antaragama. Platform digital memungkinkan dialog lintas agama yang lebih inklusif, meski tantangan seperti disinformasi dan penyebaran narasi intoleran tetap ada.
  2. Komunitas Keagamaan Digital – Pesatnya perkembangan komunitas keagamaan di media sosial dan platform daring memberikan ruang baru bagi umat beragama untuk berbagi pengetahuan dan memperdalam keyakinan. Namun, tantangan yang dihadapi antara lain menjaga kredibilitas ajaran dan membangun ikatan yang kuat di tengah interaksi virtual.
  3. Agama dan Gender di Era Digital – Subtema ini mengeksplorasi bagaimana individu dari berbagai identitas gender membentuk dan merepresentasikan identitas religius mereka di dunia maya, serta hambatan yang dihadapi, seperti stigma dan stereotip.
  4. Gerakan Keagamaan dan Filantropi di Era Digital – Transformasi gerakan keagamaan melalui teknologi memungkinkan penyebaran ajaran dan misi yang lebih luas, namun juga mengundang tantangan berupa risiko polarisasi dan disinformasi. Di sisi lain, gerakan filantropi berbasis agama mendapatkan dorongan signifikan dengan kemajuan digital, meski memicu diskusi mengenai nilai-nilai tradisional dalam filantropi.

Berikut adalah para narasumber utama yang akan memaparkan pandangannya:

1. KH. Yahya Cholil Staquf

  • Posisi: Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2022-2027.
  • Latar Belakang: KH. Yahya Cholil Staquf, atau Gus Yahya, merupakan sosok ulama Indonesia yang disegani. Ia menempuh pendidikan pesantren di bawah bimbingan KH. Ali Maksum dan melanjutkan studi di bidang sosiologi di Universitas Gadjah Mada. Di masa mudanya, ia aktif dalam organisasi mahasiswa HMI. Gus Yahya terkenal dengan pendekatan terbukanya dalam membangun dialog antaragama dan memperkuat NU untuk merespons tantangan global, seperti radikalisme dan intoleransi.
  • Kontribusi: Ia terus mengupayakan penguatan peran NU dalam menjaga perdamaian dan toleransi, baik di dalam maupun luar negeri.

2. Prof. Dr. Haedar Nashir

  • Posisi: Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2027.
  • Latar Belakang: Lahir di Bandung, 25 Februari 1963, Haedar Nashir meraih gelar magister dan doktor di bidang Sosiologi dari Universitas Gadjah Mada. Ia saat ini adalah Guru Besar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
  • Kontribusi: Di bawah kepemimpinannya, Muhammadiyah mengembangkan pendidikan dan sektor kesehatan, termasuk mendirikan lebih banyak fakultas kedokteran untuk menjawab kebutuhan dokter di Indonesia. Haedar dikenal memperjuangkan Islam moderat dan pembangunan manusia seutuhnya.

3. Prof. Stéphane Lacroix

  • Posisi: Profesor Ilmu Politik di Sciences Po, Prancis.
  • Latar Belakang: Stéphane Lacroix memperoleh gelar PhD di bidang ilmu politik dari Sciences Po dan memiliki gelar Master di bidang bahasa dan peradaban Arab serta Matematika.
  • Fokus Penelitian: Penelitiannya banyak mengupas hubungan antara agama dan politik, dengan perhatian khusus pada gerakan Islam kontemporer.

4. Prof. Syuan-Yuan Chiou

  • Posisi: Associate Professor di National Chengchi University (NCU), Taiwan.
  • Latar Belakang: Dengan fokus pada sosiologi agama dan studi migrasi, Prof. Chiou telah melakukan penelitian tentang komunitas Muslim Indonesia di dalam dan luar negeri.
  • Kontribusi: Ia menawarkan wawasan tentang adaptasi komunitas Muslim di tengah budaya asing, serta bagaimana teknologi memengaruhi dinamika identitas mereka.

5. Prof. Minako Sakai

  • Posisi: Associate Professor di University of New South Wales, Australia.
  • Latar Belakang: Prof. Sakai adalah pakar antropologi dengan fokus pada pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan masyarakat Islam di kawasan Asia-Pasifik. Ia menyelesaikan studi doktoralnya di Australian National University.
  • Kontribusi: Karya-karyanya memberikan pemahaman tentang peran perempuan dalam ekonomi masyarakat Muslim, yang diakui secara luas hingga mendapatkan Anugerah Kebudayaan Indonesia dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Konklusi: Era Baru dalam Kajian Keagamaan

Konferensi ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam mengenai bagaimana era digital memengaruhi praktik, persepsi, dan interaksi keagamaan. Dengan menghadirkan narasumber yang berpengalaman, AISOR berharap dapat memperkaya diskusi tentang tantangan dan peluang agama di era digital serta implikasinya pada masyarakat modern.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *