Tuntut Polisi Tangkap Otak Pelaku Pengeroyokan, 10.000 Santri Gelar Istighosah Di Halaman Mapolda DIY

Nahnutv.com, Sleman – Sebanyak 10.000 santri yang berasal dari berbagai daerah hendak menyelenggarakan istighosah atau doa bersama yang bertempat di depan Mapolda DIY, pada hari Selasa (29/10/2024).

Para santri itu akan minta kepolisian untuk menangkap otak pengeroyokan 2 santri di salah satu pondok pesantren yang ada di Krapyak, Sewon yang terjadi di Prawirotaman, Kota Jogja, pada hari Rabu (22/10/2024) malam.

“Jadi itu bukanlah aksi demo. Kami gelar doa bersama dan silaturahmi untuk mendukung kepolisian untuk menuntaskan kasus kekerasan yang sudah menimpa 2 santri Krapyak,” kata Ketua GP Ansor DIY, yakni Abdul Muiz, pada hari Senin (28/10/2024).

Dengan adanya acara itu, kata Muiz, pihaknya minta ke kepolisian untuk tidak hanya menangkap massa yang sudah mengeroyok 2 santri dari salah satu pondok pesantren di Krapyak, tetapi juga menangkap otak pelakunya. Muiz juga minta pada kepolisian untuk menyelenggarakan konferensi pers ketika nanti otak dari pengeroyokan tersebut tertangkap.

Baca juga: Seret dan Adili Secepatnya! 10 Ribu Santri Turun Aksi, Kawal Kasus Penusukan 2 Santri Al-Munawwir

“Sebab, infonya [otak pengeroyokan] telah berada di Polda dan sedang disidik,” jelasnya.

Muiz juga menyampaikan bila santri yang dihadirkan di dalam istiqosah itu masih kemungkinan bertambah ataupun dikurangi. Semua tergantung pada langkah yang dilakukan dari Polda DIY mengenai upaya dalam menindaklanjuti tuntutan dari pihaknya.

“Jadi, misal otak pelakunya telah tertangkap dan sudah dilakukan preskon, maka kami akan melakukan pembatasan jumlah massa,” ungkapnya.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa 2 santri yang berasal dari salah satu pondok pesantren di Krapyak yang bernama Aufal Marom, 23 dan juga Safiq, 20, jadi korban penganiayaan yang lokasinya yaitu di Jalan Parangtritis, lebih tepatnya berada di kawasan Prawirotaman, Kota Jogja, pada hari Rabu (22/10/2024).

Aufal Marom, 20, yaitu Warga Wedarijaksa, Pati, Jawa Tengah ini mengaku ia tidak mengenali para pelaku penganiayaan dan sudah mendapat pukulan berkali-kali dari pelaku dengan menggunakan kursi dan juga tangan kosong.

“Jadi, semalam yaitu jam 9 malam, saya bersama dengan teman saya sedang makan sate ayam di sebelah utara Pasar Prawirotaman. Setelah selesai makan, saya dan teman saya santai-santai dan tidak segera untuk pulang ke pondok. Kemudian tiba-tiba saja datang rombongan dan bilang “ini” lalu memukuli saya dan juga rekan saya,” katanya.

Karena merasa tak salah, maka Aufal mengaku tidak melakukan perlawanan ketika sedang dipukuli oleh rombongan orang yang tak dikenalnya. Dia hanya reflek untuk melindungi wajahnya menggunakan kedua tangannya dari pukulan.

Baca juga: 5 Fakta Santri Ponpes Krapyak Ditusuk di Prawirotaman Jogja

“Jadi, ini bagian tangan saya yaitu jempol patah. Di bagian luar mengalami memar-memar. Hal itu karena saya reflek melindungi wajah saya dengan menggunakan tangan. Saya juga sempat jatuh dan kemudian bangun lagi. Tak hanya kursi, helm dan juga barang yang terdapat di sekitar juga dipukulkan ke saya dengan rekan saya,” imbuh Aufal.

Aufal menyebutkan bahwa jumlah rombongan yang sudah memukulinya yaitu lebih dari 5 orang dan tak ada yang dikenalinya. Bahkan, Aufal menyebutkan belum pernah ketemu orang yang ada di rombongan itu.

“Nah, ketika saya dipikuli, saya mencoba berusaha lari. Waktu itu ada warga yang menarik saya dan meminta saya untuk lari. Dan, saya pun lari dan sempat diboncengkan oleh warga yang akan menuju ke pondok,” paparnya.

Ketika dalam perjalanan ke pondok, Aufal mengaku bahwa ia kepikiran dengan keadaan rekannya, Shafiq, 20, yang sudah ditinggalkannya. Sesudah sampai di pondok, Aufal meminta ke teman-temannya untuk cari tahu keadaan dari Shafiq.

“Temannya berkata bahwa dia sudah ada di RS Pratama, sebab terkena tusukan pada bagian perutnya di sebelah kiri. Saya juga diminta untuk ke rumah sakit untuk diobati,” paparnya. (rdp, foto: faiz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *