Kewajiban Mempelajari Ilmu Tauhid: Pondasi Utama dalam Islam

Nahnutv.com Yogyakarta – Prof. Dr. H. Maksudin, M.Ag dalam kajian kitab yang disiarkan oleh Nahnu TV menegaskan pentingnya ilmu tauhid sebagai landasan utama bagi setiap Muslim. Dalam ceramahnya, beliau menjelaskan bahwa tauhid bukan hanya sekadar keyakinan, tetapi juga harus menjadi prinsip dasar dalam kehidupan, baik dalam ibadah, muamalah, maupun akhlak.

Menurut Prof. Maksudin, Islam memiliki tiga pilar utama yang tidak dapat dipisahkan, yaitu akidah (tauhid), syariah (hukum), dan akhlak (moralitas). Ketiga aspek ini harus dipahami secara integratif agar seorang Muslim dapat menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

Makna Kalimat Tauhid

Dalam kajian tersebut, Prof. Maksudin menekankan pentingnya memahami makna Lailahaillallah secara mendalam. Kalimat ini mengandung tiga prinsip utama:

  1. Hayyum Maujud: Allah Maha Hidup dan wajib wujud-Nya.
  2. Hayyum Ma’bud: Allah satu-satunya yang wajib disembah.
  3. Hayyum Baq: Allah adalah satu-satunya yang kekal.

“Kalimat tauhid tidak hanya sekadar diucapkan, tetapi harus diyakini dalam hati dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Tauhid sebagai Prinsip Dasar Kehidupan

Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa tauhid harus menjadi pegangan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam beribadah, bekerja, berpikir, dan bersosial. Dengan tauhid yang kuat, seseorang akan terhindar dari kesyirikan, yang merupakan dosa besar yang tidak akan diampuni kecuali dengan taubat nasuha.

Beliau juga mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Kullu syai’in halikun illa wajhah” (Segala sesuatu akan binasa, kecuali wajah Allah) [QS. Al-Qasas: 88].

Berpikir dan Berzikir secara Integratif

Salah satu poin menarik dalam kajian ini adalah pentingnya menyeimbangkan antara berpikir dan berzikir. Prof. Maksudin menjelaskan bahwa konsep “Iqra bismi rabbikalladzi khalaq” dalam Al-Qur’an mengajarkan umat Islam untuk selalu berpikir dan berzikir secara bersamaan.

“Keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas sangat penting. Jika seseorang hanya berpikir tanpa berzikir, ia bisa menjadi sombong. Sebaliknya, jika hanya berzikir tanpa berpikir, ia bisa menjadi pasif,” ungkapnya.

Beliau juga menyebutkan hasil penelitian seorang ilmuwan Jepang yang menyatakan bahwa manusia pada umumnya tidak seimbang dalam memfungsikan otak kiri dan kanan. Hal ini selaras dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan spiritualitas.

Tauhid sebagai Bekal di Bulan Ramadan

Menjelang bulan suci Ramadan, Prof. Maksudin mengajak umat Islam untuk memperkuat tauhid agar ibadah yang dilakukan semakin bermakna dan dapat mencapai derajat takwa.

“Ibadah di bulan Ramadan harus dilandasi dengan tauhid yang benar. Karena seperti yang disebutkan dalam hadis, ‘La imana bila amalin, wa la amala bila imanin’ (Tidak ada iman tanpa amal, dan tidak ada amal tanpa iman),” tambahnya.

Beliau menutup kajian dengan pesan agar umat Islam selalu menjadikan tauhid sebagai prinsip hidup, baik dalam ibadah maupun dalam interaksi sosial. Dengan demikian, seseorang akan terhindar dari kesyirikan dan lebih dekat kepada Allah SWT. (baba)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *