Nahnutv.com Sleman, 30 November 2024 – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sukses menyelenggarakan seminar bertajuk “Peningkatan Kapasitas Guru Madin, Takmir Masjid, Khatib, dan Da’i NU di Wilayah D.I. Yogyakarta” pada Sabtu, 30 November 2024. Acara ini berlangsung di Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi, Sleman, Yogyakarta, dan dihadiri sekitar 200 peserta yang antusias dari berbagai elemen masyarakat.
Seminar ini dihadiri oleh pengurus PWNU DIY, lembaga-lembaga di bawah naungan NU, Ketua dan Sekretaris Banom NU DIY, perwakilan takmir masjid, guru madrasah diniyah (Madin), dan para dai dari seluruh wilayah DIY. Tujuan utama seminar adalah untuk meningkatkan kapasitas keilmuan, profesionalisme dalam dakwah, serta pengelolaan pendidikan Islam nonformal yang berbasis nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.
Selain itu, kegiatan ini merupakan wujud sinergi antara PWNU DIY dan pemerintah daerah melalui dukungan dana hibah dari Pemprov DIY. Dr. Muhajir, M.Si., yang mewakili Ketua PWNU DIY, menyampaikan apresiasi atas dukungan ini dan mengungkapkan harapannya agar seminar ini menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia NU, menghadapi tantangan dakwah, dan memperkuat jejaring antarlembaga.

Acara berlangsung mulai pukul 08.30 WIB dengan registrasi peserta, dilanjutkan pembukaan oleh Ust Jamiludin, MA, selaku pembawa acara. Kemudian Pembacaan ayat suci Al-Quran oleh perwakilan JQH. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Syubbanul Wathon.dilanjutkan sambutan Dr. H. Fuad Mustafid, M.Ag. (Ketua Panitia). KH. Irwan Masduqi, Lc., M.A. (Shohibul Ma’had). Dan Dr. Sukamto, S.H., M.H. (Plt. Kepala Biro Mental dan Spiritual Pemprov DIY). Dalam sambutannya, Dr. Sukamto menegaskan dukungan Pemprov DIY terhadap kegiatan ini sebagai langkah penting untuk memperkuat pendidikan nonformal dan dakwah Islam di masyarakat multikultural.

Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli yang membawakan materi strategis, antara lain:
KH. Mukhtar Salim, M.Ag. – Strategi Dakwah Islam dalam Masyarakat Multikultural: Dakwah yang Mencerdaskan dan Menyejukkan.
H. Widiawan, ST., M.Sc., Ph.D. – Strategi Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Peningkatan Dakwah Islam. Dalam paparannya menyoroti beberapa tantangan, seperti misinformasi, risiko keamanan data, serta kurangnya literasi teknologi di masyarakat, yang memerlukan solusi seperti edukasi digital dan pemanfaatan platform aman.
Teknologi digital dianggap memiliki keunggulan seperti akses luas, interaktivitas, dan efisiensi biaya, yang menjadikannya alat potensial untuk dakwah kepada generasi muda, termasuk Gen Z dan milenial yang mendominasi populasi pengguna internet di Indonesia.
KH. Edy Musoaffa, M.Si. – Metode dan Strategi Menjadi Khatib yang Smart.
KH. Dr. Ahmad Bahiej, S.H., M.Hum. – Kebijakan Kementerian Agama DIY terkait Pendidikan Non-Formal (Madin). KH. Chasan Abdullah – Idealitas Ekosistem Pendidikan Islam: Madin dan TPA.
Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi dengan aktif berdialog dan berdiskusi bersama narasumber. Topik dakwah inklusif, pemanfaatan teknologi digital, serta tantangan pendidikan Islam di era modern menjadi bahasan utama yang menarik perhatian.
H. Ujang Sihabudin, S.Ag., M.Si., Ketua Tim MDT LPQ Bidang PAKIS Kanwil Kemenag DIY, menilai seminar ini sangat strategis untuk meningkatkan kapasitas guru Madin dan sumber daya manusia NU. Ia menambahkan, “Kegiatan ini menjadi harapan baru untuk mengembangkan pendidikan Islam berbasis tradisi dan program dakwah berbasis teknologi.”
PWNU DIY menyampaikan harapan agar ilmu yang diperoleh selama seminar ini dapat diimplementasikan di masyarakat. Hal ini diharapkan mampu memperkuat dakwah Islam yang menyejukkan sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan berbasis Madin.
PWNU DIY juga menekankan pentingnya madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan yang membina moral, akhlak, dan intelektual generasi muda. Pelajaran seperti Akidah-Akhlak, Fiqh, Qur’an-Hadis, Tajwid, dan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) yang diajarkan di Madin menjadi fondasi penting untuk membentuk karakter peserta didik.
Model pendidikan berbasis tradisi pesantren ini diharapkan terus berkembang sebagai solusi untuk menghadapi tantangan moral dan intelektual masyarakat di era global. Seminar ini menjadi langkah awal dalam mengoptimalkan sinergi antara lembaga NU dan pemerintah untuk memperkuat pendidikan Islam dan dakwah berbasis nilai-nilai keislaman yang moderat. (baba)